Video : Hujan Meteor Perseid di Logo Google Hari Ini
Filed Under ( Fenomena Alam, Google Doodles, Hujan Meteor Perseid ) by Unknown on Minggu, 10 Agustus 2014
Hujan Meteor Perseid - Menjadi topik Google Doodle hari ini. Yang diawali dengan fenomena Supermoon yang puncaknya akan berlangsung malam ini.
Perseids adalah fenomena alam yang berupa hujan meteor yang terjadi setiap tahun. Hujan meteor secara periodik muncul mulai pertengahan Juli dan mencapai puncaknya antara tanggal 9 - 14 Agustus. Nama Perseids berasal dari nama Rasi bintang Perseus karena titik radian hujan meteor ini seolah-olah berasal dari arah Rasi Bintang tersebut.
Meteor-meteor Perseid tersebut berasal dari serpihan debu ekor komet Swift-Tuttle (nama resmi 109P/Swift-Tuttle) yang masuk ke atmosfer Bumi. Komet tersebut ditemukan pertama kali pada tahun 1862 dan mengelilingi Matahari setiap 130 tahun sekali. Setiap pertengahan Juli hingga Agustus, Bumi melintasi orbitnya sehingga sisa material komet tadi tertarik oleh gravitasi bumi dan muncul sebagai hujan meteor.
Untuk tahun ini (2014), puncak hujan meteor Parseid terjadi pada tanggal 12-13 Agustus. Selama puncak, sekitar 60 meteor per jam bisa disaksikan per jam.
Sayangnya Indonesia tak bisa menikmati hujan meteor ini. Kenapa?
Masyarakat di Indonesia sulit melihat pemandangan di langit malam karena di Indonesia, hujan meteor itu terjadi bertepatan dengan siang hari, yaitu sekitar pukul 13 WIB. Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan sisa debu komet itu melintas pada saat langit terang.
“Di Indonesia meteor itu akan merlintas sekitar pukul 13.00-15.00 WIB. Karena melintas di siang hari maka tak akan terlihat jelas. Keindahan meteor baru bisa dilihat pada kondisi langit malam,” terang Thomas..
Waktu terbaik untuk dapat menyaksikan hujan itu adalah pada malam hari dan ketika berada wilayah di kawasan Amerika Utara dengan perkiraan waktu Jumat malam atau Sabtu pagi.
“Kalau hujan meteor itu sifatnya hanya perkiraan. Kami belum tahu nantinya bagaimana. Belum diketahui debu yang jatuh banyak atau tidak,” imbuh pria lulusan Department of Astronomy, Kyoto University, Jepang itu.
Ia menerangkan debu jatuh disebut badai meteor jika bumi terdeteksi mendapat hujaman 1.000 meteor per jam. Sedangkan hujan meteor terjadi jika jumlah meteor yang jatuh hanya sekitar 100 meteor per jam.
Lapan akan merekam kedatangan debu sisa komet itu melalui radar meteor yang berada di Kota Tabang, Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan Biak, Papua.